Ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu:
1) Dimensi Keindividualan
? Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidka dapat di bagi-bagi (in clevide)
? Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di
Negeri Belanda) Bahwa : Setiap anak manusia, manusia dilahirkan telah
dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi
(seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka
bumi, bahkan dua anak kembar yang berasal daru satu telur pun yang lazim
di katakana seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan
suatu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidka sama, apalagi identik .
? Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingnya)
- Secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi terdapat perbedaan mengenai matanya.
- Secara kerohanian mungkin kapasitas intelegensinya sama, tetapi kecendrungan dan perhatiannya terhadpa sesuatu berbeda.
2) Dimensi Kesosalan
? Setiap bagi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld,
1955) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih
kemungkinan untuk bergaul
? Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
? Immanuel Kant seorang filosef tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa
Manusia hanya menjadi manuia jika berada di antara manusia.
3) Dimensi Kesusilaan
? Susila berasal dari akta Su dan Sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak
cukup hanya berbuat pantas jika did alma yang antas atau sopan itu
misalnya terkandung kejahatan terselubung, karena itu maka pengertian
Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi “kebaikan
yang lebih”
? Dalam bahasa ilmia sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai
konotasi berbeda yaitu: etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan
etika (persoalan kebaikan).
? Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat:
a. Golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya.
b. Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakna dari etika,
karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu
sejalan.
? Prijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia yang memiliki
nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam
perbuatan.
? Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia
karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya,
sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.
? Dilihat dari asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam yaitu:
1. Nilai Otonom yang bersifat Individual (kebaikan menurut pendapat seseorang)
2. Nilai Heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok)
3. Nilai Keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan
* Pemahaman dan Pelaksanaan Nilai *
? Dalam kenyataan hidu ada 2 hal yang muncul dari persoalan nilai yaitu:
kesadaran dan pemahaman nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai.
? Idealnya keduanya harus Sinkron, artinya untuk dapat melakukan apa
yang semestinya harus dilakukan, terlebih dahulu orang harus mengetahui,
menyadari dan memahami nilai-nilai.
? Implikasi pedagogisnya ialah bahwa pendidikan kesusilaan berarti
menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping
menerima hak dari peserta didi.
4) Dimensi Keberagamaan
? Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak dahulu kala
sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam
yang dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini dengan adanya
kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk
dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut
diciptakan mitos-mitos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar