Selasa, 11 Desember 2012

TUGAS II : Alasan Pentingnya Konsep Pendidikan Secara Keadilan, Ekonomi, Sosial, IPTEK, dan Pekerjaan

Mengapa PSH diperlukan ?
Di dalam tulisan Cropley dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan mengemukakan beberapa alasan, antara lain : Keadilan, ekonomi (biaya pendidikan), perubahan perencanaan, perkembangan teknologi, faktor vokasional, kebutuhan orang dewasa dan kebutuhan anak-anak masa awal. (Cropley : 32-44).

Alasan Keadilan
Terselenggaranya PSH secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai stratanya merasakan adanya persamaan kesernpatan memperoleh pendiikan. Selanjutnya berarti pula persamaan sosial, ekonomi dan politik. Hinsen menunjukkan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley : 33). Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan statemen bahwa PSH pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley : 33).

Alasan Ekonomi
Personal PSH dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan pendidikan, produktifitas kerja dan peningkatan GNP. Di negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir¬hampir tak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. Tidak terkecuali di negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis jenis pendidikan. Beberapa negara maju merasakan beratnya beban biaya penyelenggaraan pendidikan itu. Beberapa alternatif dilakukan untuk mengatasi masalah pembiayaan itu antara lain dengan cara memperbesar daya serap sekolah misalnya dengan sistem double shift, memperpendek masa pendidikan, meningkatkan pendayagunaan teknologi pendidikan, mendiseminasikan inovasi-inovasi pendidikan dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut PSH yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley : 35).
Pertanyaan yang diajukan oleh para pakar ekonomi lazimya ialah apakah PSH dapat meningkatkan rate of return pendidikan? Misalnya dengan biaya pendidikan sebesar 1 juta rupiah maka sebagai hasil pendidikan akan dapat meningkatkan GNP 4 juta rupiah. Terhadap persoalan tersebut pada pendukung PSH menyatakan secara lebih berhati-hati, , yakni bahwa keuntungan yang diperoleh dari PSH terutama berupa peningkatan, kualitas hidup, kemaknaan diri (self fullfilment), melepaskan diri dari belenggu kebodohan, kemiskinan dan eksploitasi, kalaupun bukan peningkatan produksi kerja dan GNP (Cropley : 35-36).


Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek.
Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda negara maju dan negara-negara sedang berkembang memberikan dampak yang besar terhadap terjadinya perubahan-perubahan kehidupan sosial ekonomi dan nilai budaya. Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versus kelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kematian bayi dan yang tidak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dan peranan lembaga pendidikan.
Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya seperti fungsi ekonomi, rekreasi dan lain-lainn, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Dengan diambil alihnya sebagian tugas pendidikan oleh sekolah, banyak orang tua yang mengira bahwa seluruh tugas pendidikan sudah ditangani secara tuntas oleh sekolah, sehingga orang tua hanya tinggal menunggu hasilnya. Sebaliknya, sekolah menganggap bahwa pendidikan efektif sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Ketidaksinkronan konsep pendidikan di lingkungan keluarga dengan pendidikan di sekolah tersebut menimbulkan keserijangan. Kesenjangan tersebut dapat diisi melalui penyelenggaraan Pendidikan Sepanjang Hidup (PSH) yang sifatnya menembus batas-batas kelembagaan.
Jika dahulu masa anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa ada.lah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sudah menjadi kabur. Semakin hari banyak remaja yang berumah tangga dan bekerja, sedangkan di pihak lain semakin banyak orang dewasa yang bersekolah. Garis pemisah yang kukuh antara kedua. macam kelompok tersebut berabad-abad telah dipertahankan di dalarn kehidupan bermasyarakat. Bagi angkatan muda tidak mudah untuk beralih status ke dunia orang dewasa Umur dan acara-acara ritual sering menjadi tonggak penghalang yang tidak
begitu saja dapat dilewati. Berkat kemajuan perkembangan iptek banyak hal yang dahulunya hanya menjadi hak istimewa kelompok dewasa, seperti hak untuk membuat keputusan atas sesuatu yang menjadi pilihan anak, telah beralih kepada kelompok anak dan remaja sendiri.
Situasi demikian juga terdapat pada hubungan antara pekerja dengan pimpinan. Pola umum tentang hubungan sosial antara pekerja dengan pimpinan yang dahulu harus dipegang ketat sudah menjadi longgar. Pekerja di masa mendatang mungkin harus melakukan peran sosial yang saat ini dianggap hanya cocok untuk atsan.
Serempak dengan itu, ada gejala sosial lain yang juga mempunyai arti penting, yaitu meningkatnya emansipasi wanita. Emansipasi wanita yang telah berlangsung demikian pesat telah mengubah konsep tentang dunia dan peran wanita, demikian pula peran pria sebagai pencari natkah. Banyak posisi yang dahulu hanya cocok bagi pria, sekarang diisi oleh wanita, demikian pula sebaliknya.
Alasan Perkembangan Iptek
Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh perkembangan iptek dalam semua sektor pembanguna. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi dan komunikasi, namun intervensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal. Di kawasan Asean berbagai inovasi pendidikan sudah banyak yang didesiminasikan sejak tahun 70-an, seperti SD Pamong, SMP Terbuka, Belajar Jarak Jauh dan lain-lain. Di segi lain muncul pendekatan-pendekatan baru dan perubahan orientasi dalam proses belajar mengajar, konsep pengembangan tingkah laku, perubahan peran guru dan siswa, munculnya berbagai tenaga kependidikan nonguru, pendayagunaan sumber belajar yang semakin bervariasi dan lain-lain.
Kesemuanya itu mengandung potensi yang kaya bagi terselenggaranya Pendidikan Sepanjang Hidup.
Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek di satu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tak dapat dipungkiri di sisi yang lain juga memberikan andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah. Drastisnya, banyak perubahan¬perubahan dimaksud berlangsung tidak antargenerasi tetapi di dalam satu generasi pun perubahan itu banak terjadi. Seperti yang dinyatkaan oleh Dubin (Wayan Ardana, 1986 : 13) bahwa para insinyur ahli di Amerika dewasa ini sudah berjuang dengan masalah tidak terpakainya keterampilan. Mereka menghadapi suatu prospek memiliki pengetahuan ayng tidak terpakai jauh sebelum kegiatan kehidupan profesionalnya berakhir. Pengalaman demikian itu membangkitkan kesadaran para pekerja, bahwa bekal kerja yang dimiliki demikian cepat menjadi usang. Untuk dapat tetap menangani pekerjaan¬-pekerjaan yang menuntut persyaratan-persyaratan baru seseorang harus berkemauan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus. Sistem pendidikan yang ada tidak sanggup menyajikan dua macam kemungkinan bekal kerja sekaligus, yaitu bekal siap pakai (ibarat kunci pas) dengan risiko cepat dilanda keusangan, atau bekal dasar yang masih harus dikembangkan sendiri oleh lulusan ke arah yang diperlukan (ibarat kunci Inggris).
Kondisi seperti digambarkan itu mengandung implikasi bahwa PSH merupakan altematif yang dapat mengantisipasi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh pekerja di masa depan.

BY NOPELINA GHEA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar